Untukmu Para Kader Dakwah


Untukmu Kader Dakwah

Oleh : KH Rahmat Abdullah

 Untukmu para kader dakwah
Yang dimaksud as-tsiqah disini adalah kepercayaan dan ketenangan (kemantapan hati) seorang jundi kepada pimpinannya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya, sebab kepercayaan yang dalam ini akan menciptakan rasa cinta, hormat dan taat. 

Allah berfirman : 
طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ ۚ 
“Maka yang lebih baik dan utama bagi mereka adalah tanda ketaatan dan ucapan yang baik.” (Q.S. Muhammad : 21)

Pemimpin adalah bagian dari dakwah, tak ada dakwah bila tanpa kepemimpinan. Dari rasa saling percaya antara pemimpin dengan para jundinya inilah kemudian lahir kekuatan struktur dakwah, pengaturan strateginya dan keberhasilannya dalam mencapai tujuan serta kemampuannya menanggulangi segala rintangan dan kesulitan yang menghadang dakwah.
(Hasan al Banna)

Hasil gambar untuk jundi qiyadah
Hal yang paling sulit dalam hubungan antara jundi (prajurit) dan qiyadah (komandan) ialah ketentraman hati terhadap kafaah (keahlian), keikhlasan dan ketaatan antar mereka. Dari tsiqah terhadap kemampuan dan keikhlasan qiyadah lahirlah kecintaan, penghargaan, penghormatan dan ketaatan jundi.

Qiyadah dengan syarat-syarat yang memadai dan peduli syuro, menduduki posisi seorang ayah dalam ikatan hati, posisi guru dalam memberikan ilmu, syaikh dalam pembinaan ruhiyah dan panglima dalam kebijakan umum dakwah. Dan dakwah mestilah menghimpun semua pengertian ini.

“Ketentraman hati seorang jundi kepada qa’id atas kemampuan dan keikhlasannya dalam kadar ketentraman yang mendalam melahirkan kecintaan, penghargaan, penghormatan dan ketaatan. Qa’id adalah bagian dari dakwah dan tak ada dakwah tanpa qiyadah. Berbasiskan tsiqah antara qiyadah dan junud, tercipta kekuatan sistem jamaah, kekuatan strateginya dan keberhasilannya mencapai tujuannya serta kemampuannya menaklukkan hambatan dan kesulitan yang dihadapinya“ (Hasan al Bana)

Kekuatan Tsiqah

Apa yang membuat Umar begitu percaya kepada Abu Bakar, padahal ia mendapatkan pengakuan Rasulullah SAW : “Allah meletakkan kebenaran di lidah dan hati Umar?” Jawabnya : Tsiqah. Ketika pandangan mayoritas sahabat berpihak kepada Umar untuk tidak memerangi orang yang menolak membayar zakat atas kebijakan Abu Bakar, justru Umar memujinya dengan mengatakan Allah melapangkan hati Abu Bakar untuk berperang dan akupun tahu bahwa itu kebenaran.

Suatu hari seseorang bertanya kepada Imam Hasan al Bana. “Bila keadaan memisahkan hubungan kita, siapa yang Anda rekomendasikan untuk kami angkat jadi pemimpin?” Jawabnya tegas: “Wahai ikhwan, silahkan angkat orang yang paling lemah kemudian dengar dan taatilah dia, niscaya ia akan menjadi orang paling kuat diantara kalian.”

Jadi tsiqah adalah sikap manusia normal yang menyadari keterbatasan masing-masing lalu saling menyetor saham kepercayaan sebagai modal bersama untuk kemudian menikmati kemenangan bersama.

Tak ada bentuk tsiqah yang lebih spektakuler dari tsiqah Islam membangun peradaban manusia. Peradaban selalu menang dengan tsiqah dan kemunduran bermula dari keraguan dan analogi menipu. Karenanya iblis menolak sujud, karena pertimbangan material semata-mata. Termasuk bani Israil yang spontan menolak Thalut, karena ia bukan orang kaya dan bapaknya hanya seorang penyamak kulit.

Penghalang Tsiqah

Gangguan terbesar tsiqah ialah kondisi yang meragukan. Secara internal dapat berbentuk kemalasan, yaitu kemalasan dalam menggali ilmu, berkonsultasi, meningkatkan kualitas ruhiyah dan fikriyah. Dan secara eksternal yaitu interfensi jorok media masa yang selalu mencitrakan, namun pada saatnya memfitnah dan berbuat curang terhadap dakwah.

Seharusnya kita tak mengandalkan belas kasihan pihak media luar, melainkan dengan pasti dalam hal lisan dan kata yang berbincang tangkas menangkal semua fitnah, provokasi dan pencitraan buruk. 

Tsiqah telah mendorong Abu Bakar mengandalkan Khalid ra, padahal ia menyimpan sekian banyak catatan dengannya dan tak kurang memarahinya atas beberapa hal. Ia tsiqah kepada seseorang bagi kepentingan rakyat banyak daripada kesalihan dirinya, padahal kepadanya tergantung kepentingan rakyat banyak.

Pusat Pengendali Tsiqah

Tak ada kekuatan pengendali tsiqah selain kepada Allah. Bila mereka menyerahkan amal sepenuhnya kepada Allah maka tak ada sedikitpun keraguan tersisa untuk bekerja dengan sesama da’i. Jadi kekuatan iman kepada Allah, kejujuran, amanah, cinta kasih, kehangatan ukhuwah adalah hal-hal yang menyuburkan akar tsiqah. Itu semua menjadikan kerja seberat apapun, resiko perjuangan sepedih apapun dan pengorbanan apapun tak ada artinya. Tak ada gerutuan kepada pemimpin atau bawahan. Yang ada syukur, sabar, dan sepenanggungan.

Alangkah rindunya dakwah hari ini kepada kondisi ideal yang bukan mustahil, walaupun sukar dipahami kecuali oleh mereka yang telah mengalami dan menikmatinya. Tak ada lagi bagi upaya lobbi, sugesti dan mobilisasi yang hanya mengandalkan kekuatan kerongkongan semata-mata. Karena dakwah yang suci ini adalah dakwah ruhiyah dan bukan dakwah jasadiyah semata. Ia merangkum akal dan hati. lebih dulu dari merangkum gerak dan jasad. Ia punya pusat pengendali yang merukunkan seluruh elemen saat harta kekayaan dunia sebesar apapun tak mampu merukunkan antar hati mereka.

Firman Allah : 

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana" (Q.S. Al Anfal : 63).

Referensi :
Untukmu Kader Dakwah
KH Rahmat Abdullah
Artikel Selanjutnya Artikel Sebelumnya
Belum Ada Komentar :
Tambahkan Komentar
Comment url