قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".QS.Yusuf : 108)
Menjadi rijalud dakwah (kader dakwah) yang baik bukanlah suatu hasil,tetapi proses yang perlu terus menerus diupayakan dengan memperkuat kepemahaman dan kesungguhan dalam beramal. Di antara kader-kader yang baik itu, terdapat yang menjadi baik dengan kuatnya ibadah yang mereka lakukan; Ada pula baik sebab hebat dalam keilmuan; Bahkan ada pun yang baik lantaran perluasan dakwahnya yang luar biasa. Mereka menjadi baik sebab melakukan kebaikan. Itulah bukti baiknya iman mereka.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ
إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
105. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Namun ibarat suatu besi. Hanya mereka yang terasah secara terus meneruslah yang bakal menjadi pisau yang tajam dan selalu dapat memotong dan menghancurkan kebatilan-kebatilan. Boleh jadi seorang kader dakwah memiliki kebajikan yang membuat mereka menjadi baik, tetapi andai tidak terus di tajamkan tidak menutup bisa jadi dirinya bakalan jadi tumpul dan rusak. Begitu pula seorang kader dakwah yang sangat energik beramal namun tidak diiringi dengan proses tarbiyah yang sehat, maka cepat atau lambat bakal segera “tumpul dan rusak”. Ini pun berlaku sebaliknya. Maka dari itu, suatu pisau yang baik ialah yang tajam, dipakai, kemudian tumpul, diasah, tajam lagi, digunakan lagi, kemudian tumpul lagi,ditajamkan lagi, dan seterusnya. Proses ini dilangsungkan terus menerus, tidak terputus. Dengan begitu, pisau bakal terus dalam suasana baik dan memberi manfaat.
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan".(QS al-Kahfi: 46)
Para kader dakwah sudah memilih jalan dalam
kerja-kerjanya yaitu berupa kerja dakwah berkhidmat untuk ummat. Landasan
khidmat para
kader dakwah ialah ibadah untuk Allah dalam rangka membumikan nilai agama Islam yang luhur dan
mulia, berjuang memakmurkan bumi yang
sudah Allah wariskan untuk umat manusia.
Dengan landasan ibadah
ini, khidmat Para
kader dakwah pada dasarnya tidak
perlu disaksikan orang,
tidak perlu pun dinilai oleh manusia. Cukup Allah SWT yang mengetahui kesediaan amal-amal
mereka. Sebab supaya amal ibadah diterima oleh Allah, persyaratan mutlak yang mesti ada ialah keikhlasan untuk
Allah SWT, Jika Allah ridha, maka cukuplah tersebut sebagai balasan yang
memuaskan.
Amal-amal khidmat Para kader dakwah ialah kemurnian yang
bersumber dari keikhlasannya mengabdi
untuk negeri tersayang ini.
Sebagai anak kandung pertiwi para kader dakwah
menyadari sepenuhnya peran dan tanggung jawabnya, sehingga urusan tersebut mendorongnya
berupaya bersama-sama unsur lain memakmurkan Tanah Air.
Di zaman yang sarat dengan wewangian pencitraan
dan wajah sarat polesan ketika ini pasti Para kader dakwah tidak hendak amal-amalnya menjadi
bobrok dan terkotori penyakit
ujub dan riya' yang mengakibatkan amal-amalnya menjadi sia-sia. Penyakit ujub ialah bangga terhadap
amal-amal sendiri sampai-sampai harus dihindari oleh pelaku-pelaku amal yang hanya bercita-cita balasan
dari Allah SWT. Selain tersebut pula mereka pasti menghindari sikap riya' dalam beramal sebab sikap riya' ini dapat menghanguskan
amal-amal mereka dan menemukan murka dari Allah SWT,
karena riya' tergolong bagian
dari syirik yang dilarang. Melakukan
sebuah kerja/amal sebab ingin disaksikan oleh
orang beda atau meninggalkan
sebuah kerja/amalsebab orang lain ialah termasuk perkara
riya'.
Jalan yang ditempuh Para kader dakwah ialah jalan lurus yang tegak
diatas landasan agama, dan hanya
bercita-cita kepada Allah SWT bukan
jalan yang diisi oleh nafsu dan kesyirikan. Oleh karena tersebut menilik pada landasan
ini, dapat dilihat pada kader-kader para kader dakwah yang senantiasa taat beragama, senantiasa menjalankan
ibadah-ibadah yang diharuskan oleh agama, menjalankan sunnah dan amal unggulan serta berjuang menjauhi segala
larangan agama, mengajak insan dengan tulus guna bertakwa dan taatuntuk
Allah SWT.
Dari sini, kader dakwah adalah kemurnian.
Dimana ia mengabarkan kepribadian para dai ini dalam format yang sesungguhnya, mulai dari tujuan, figur pimpinan, kader dan
program-program yang dijalankan semua rijalud dakwah.
Landasan kemurnian
para kader dakwah ialah dirinya yang dengan tulus
memperkenalkan diri guna bersahabat dengan
siapapun tanpa polesan dan tanpa pencitraan yang dibuat-buat. Para dai ini tidak peduli dengan cacian atau pujian orang
terhadap amal - amalnya pun tidak berlaku surut
andai tanpa apresiasi dari
siapapun.
Tradisi gotong royong.
Para dai ialah kemurnian.
Dimana saat memberitakan kinerja dan amal - amal khidmatnya untuk publik bukanlah
bermaksud ujub atau riya dan hendak dipuji, akan namun sebentuk ungkapan anjuran kepada publik dan orang lain guna sama - sama bergotong
royong beramal untuk kebajikan negeri.
Negeri ini perlu membenahi dan membutuhkan peran
segenap unsur masyarakat guna bergerak dan bekerja membenahinya, supaya beban pembangunan dan
pemakmuran untuk negeri ini dapat terangkat bersama. Ringan sama dijinjing berat sama dipikul.
Jika para
kader dakwah memberitakan aksi-aksi pedulinya
untuk khalayak tersebut bukanlah hendak dipuji namun sebagai tanggung jawab
sesama anak negeri guna saling menanggung beban dan berjuang membantu yang
kesusahan. Menunjukkannya untuk orang lain guna sama-sama bahu
membahu. Dengan demikian kader dakwah ini
dengan sebenar-benarnya hendak membumikan pulang tradisi gotong-royong
yang menjadi sifat utama bangsa indonesia
semenjak zaman dahulu.
Jika terdapat masalah dari bangsa
ini yang memerlukan penanganan, dengan memberitakan
kerja-kerjanya, mereka para kader itu hendak mengajak unsur lain untuk menceburkan diri berpartisipasi supaya permasalahan itu dapat segera teratasi. Jika
ada kesempatan pembangunan dan pemakmuran yang tersingkap dan
ditangani, maka penyebaran informasi adalah kabar
gembira untuk khalayak sekaligus
menyuruh dan memotivasi orang
lain guna berlomba-lomba
melakukan kebajikan yang sepertinya maupun kebajikan dari jenis yang
lainya.
Tradisi tabayyun
(klarifikasi). Para
kader dakwah ialah kemurnian, murni dalam artian hendak menghidupkan kebiasaan tabayyun andai ada informasi yang
simpang siur atau khabar fitnah yang menjatuhkan keagungan sesama
manusia. Melalui peran humas, mereka hendak meluruskan semua
kelaziman pencitraan dan polesan
kepalsuan serta fitnah membabi-buta atas diri seseorang. Tradisi tabayyun, apa adanya
secara profesional bekerja dan memberitakan
dengan benar situasi sesungguhnya dari
suatu suasana harus benar-benar dihidupkan ditengah- tengah masyarakat.
Tradisi nasihat
menasihati. Para
kader dakwah itu murni. Murni dalam makna mereka tulus memberikan nasihat melaui dirinya maupun melewati media-media yang
digunakannya guna berada pada peraturan universal yang benar dan menjauhi segala format kerusakan dan kemaksiatan
di muka bumi. Melawan penyimpangan, kezaliman, penistaan dan penindasan atas
sesama umat manusia, serta menyuruh pada kebajikan dan perbaikan untuk alam semesta ini. Mengajak umat insan untuk menjadi rahmat untuk semesta alam melalui sekian
banyak sarana dan media yang baik.
Para
kader dakwah ialah kemurnian. Murni dengan santun dan tulus menyuruh semua pihak
bersaudara, bersahabat dan berjajar rapi bersama - sama mengawal NKRI, melindunginya dan menjadikannya berdaya, dapat turut serta dalam membuat
ketertiban dunia. Mengajak seluruh pihak yang simpati untuk mereka guna
bergabung bareng dalam deretan rapi semua pejuang menebarkan
kalimat kebaikan.
Pada akhirnya semua membutuhkan konsistensi, keistiqomahan dalam ibadah dan perjuangan.
Sejarah mengajarkan, alangkah konsistensi semua pengemban dakwah telahmencetuskan perubahan dan karya yang besar di dunia ini. Lihatlah Rasulullah SAW, meski dilawan dakwahnya, sempat diboikot sekitar tiga tahun, menghadapi tidak sedikit peperangan melawan pihak-pihak kebatilan, beliau tidak pernah surut dalam berdakwah. Bahkan saat dirayu kaum Quraisy dengan harta, wanita, kedudukan, dengan sungguh beliau berujar, “Jika mereka menyerahkan matahari di tangan kananku, bulan di tangan kiriku, guna meninggalkan hal ini (baca: dakwah), aku tidak akan mau hingga Allah memenangkan kebenaran atau aku mati dalam usaha ini.”
Konsistensi serupa pun tersirat jelas pada perjuangan Nabi Nuh A.S. Sebagian besar usianya yang ‘seribu tidak cukup lima puluh’ telahdikuras untuk berdakwah siang dan malam, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Meski begitu, amatlah tidak banyak yang menjadi pengikutnya. Sisanya lebih tidak sedikit membangkang, tergolong anaknya sendiri. Tapi apakah Nabi Nuh A.S menyerah? Tidak! Nabi Nuh A.S tetapberusaha hingga Allah menyerahkan pertolongan-Nya.
Siapa yang tak kenal Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah? Begitu lama dirinya dipenjara sampai akhir hayatnya karena dirasakan dakwahnya tidak sejalan dengan penguasa Mesir yang zhalim. Pun begitu, dirinya tak hentinya berdakwah. Dirinya tetap berdakwah. Para narapidana insaf dan menjadi pendukungnya. Bahkan tidak sedikit karya-karya besarnya yang ia tulis di dalam penjara!
Totalitas perjuangan pun telah diperlihatkan oleh Syaikhul Intifadhah, Syeikh Ahmad Yasin. Usianya yang renta, matanya yang susah melihat, dan tubuhnya yang lumpuh, tak pernah menyurutkan tahapan dakwahnya. Ia tetap memimpin pergerakan dakwah dan perlawanan untuk melepaskan Palestina,pun melindungi kiblat kesatu Masjidil Aqsha yang dirampas oleh Israel. Hingga, kesudahannya ia gugur dalam jihad.
"Dan katakanlah:
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang - orang mukmin akan menyaksikan pekerjaanmu
itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, kemudian diberitakan-Nya kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan." (QS
At-Taubah: 105)
Wallahu a'lam
Sumber: